Mari Kita Jaga NKRI dari Rongrongan Oknum Habib
JAKARTA - MKNews -Perjalanan panjang Bangsa Nusantara dari abad satu hingga saat ini di era digital, tak terlepas dari belenggu lingkungan dan budaya yang membentuk pikiran masyarakatnya, di era borderles ini menembus batas ruang dan waktu tanpa sekat yang seolah dunia dapat dalam genggaman.
Dalam diam kita dapat mengakses belahan bumi manapun bahkan hingga ke luar angkasa sekalipun, yang secara alami terbentuk keterbukaan informasi publik disemua lapisan warga Nusantara, melalui seluruh saluran media sosial yang ada.
Hal ini yang dimanfaatkan oleh sekelompok manusia busuk yang ingin menancapkan pengaruh dazzal dengan bungkus kebohongan melalui jubah agama dan dakwah manipulatif dengan wajah feodal yang kaku berusaha menanamkan paham dan doktrin klan Yaman dengan menjual agama serta mengaku-ngaku dzuriah Nabi, yang sama sekali tidak relevan dengan adat dan budaya Bangsa Nusantara yang sesungguhnya bermartabat dan berakhlak dengan menjunjung tinggi falsapah Pancasila yang berketuhanan serta bhineka tunggal Ika sebagai pemersatu dan perekat Bangsa Indonesia yang utuh.
Mereka para oknum habib klan Yaman dengan sorban putih berlandaskan agama serta berkoar sebagai dzuriah Nabi besar Muhammad SAW, berceramah dengan penuh kebohongan dan kekasaran bahasa yang sama sekali kosong, tak berilmu dan berlandaskan kebenaran Islam yang sesungguhnya berusaha ingin menguasai tanah leluhur kami Nusantara dan berusaha mengklaim sebagai pemilik negeri bumi Pertiwi bahkan menghina dan mengejek leluhur Bangsa Nusantara dari mulai raja-raja Nusantara hingga para Waliyullah yang dikenal sebagai Walisongo.
Padahal mereka para oknum penumpang gelap di tanah Nusantara yang tak paham sejarah Bangsa Nusantara yang sesungguhnya dan tak mengenal leluhur Bangsa besar ini, tetapi mereka tak mengenal malu karena urat malu sebagai manusianya telah hilang, karena mereka menganggap kelompok mereka sebagai wakil Tuhan dan mulut mereka seperti mewakili suara langit padahal seluruh ceramah mereka hanyalah pepedan kosong belaka seperti pengemis pencari hidup di negeri orang.
Di zaman digital ini, seluruh keilmuan tak ada yang bisa di tutup tutupi kebohongan dan kebenaran sama-sama mengalir deras dalam menyadap informasi dari para khurafat yang sangat mudah untuk ditelanjangi dan dilawan oleh seluruh lapisan Bangsa Nusantara atas kebohongan yang dilakukan mereka dengan menyelewengkan ilmu agama yang sebenarnya dan seketika akan runtuh yang tidak dapat melawan logika nalar kebenaran ajaran yang sesungguhnya dari Allah dan jujungan kita nabi besar Muhammad SAW. Mereka tak lebih kelompok kecil dengan riuh yang kosong merusak tatanan umat Islam di Nusantara ini.
Dalam perjalanan kehidupan bangsa Indonesia, semangat keislaman telah menjadi jiwa rasa nasionalisme dan mengalir dalam budaya dan keyakinan masyarakat. Semangat pancasila dan rasa keislaman menjadi penopang utama jiwa jihad bangsa Indonesia.
Bila Pancasila adalah pilihan nilai dan falsafah bangsa Indonesia, maka Islam adalah kumpulan nilai-nilai luhur dalam kehidupan manusia, termasuk di dalamnya nilai-nilai yang terdapat dalam Pancasila.
Bila negara adalah institusi resmi yang berperan membangun “badannya”, maka Islam adalah perangkat kehidupan untuk membangun “jiwanya.” Kedua-duanya harus bersinergi untuk menuju Indonesia Raya.
Bila negara adalah kampung halaman dan ibu pertiwi yang harus dibela dengan jiwa dan raga, maka Islam adalah keyakinan yang juga harus dijaga dan dibela dengan sepenuh jiwa raga.
Para kesatria Bangsa Nusantara saat ini telah Bangkit dari Sabang hingga Merauke baik secara off line maupun online bangkit melawan kezaliman para oknum habib baalawi busuk ini, dengan pedang sejarah Bangsa kami baik dari trah para raja hingga trah para Walisongo dan para rakyat Nusantara, Lawan jangan coba-coba usik kedaulatan NKRI sebagai warisan murni leluhur kami Bangsa Nusantara. Tanah Nusantara bukan tempat klan penghianat yang tak kenal sejarah kami yang sesungguhnya.
*) Ketua Umum DPP Persatuan Wartawan Republik Indonesia